Senin, 22 Oktober 2012

Pengertian dan Jenis Kalimat



Pengertian Kalimat.

Pengertian kalimat memang memiliki banyak definisi, dari menurut beberapa ahli, kamus, dosen, guru ataupun kita sendiri sebagai mahasiswa. Namun biarpun kalimat memiliki beribu pengertian, tetap kalimat memiliki arti yang sama bagi semua nya.

Ahli tata bahasa tradisional dalam buku Chaer (1994:240) berbicara seputar pengertian kalimat bahwa , “kalimat adalah susunan kata-kata yang teratur yang berisi pikiran yang lengkap. Dalam tulisan latin, kalimat adalah sebuah kata atau sekumpulan kata yang diawali huruf capital diakhiri intonansi final tanda titik (.), tanda Tanya(?), dan tanda seru (!) termasuk di dalamnya tanda koma (,), titik dua (:), titik koma, tanda pisah (-), tanda sambung (-), dan spasi yang dapat menyampaikan pikiran secara utuh. Dan menurut dari 1 satu pendapat seorang mahasiswa, ia berpendapat bahwa pengertian kalimat adalah gabungan dari 2 buah kata atau lebih yang menghasilkan suatu pengertian dan pola intonasi akhir.

Dari banyak pendapat dan dari banyak pengertian yang di jabarkan di atas, secara singkat pengertian kalimat adalah satuan bahasa kecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dank eras lembut, di sela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir.

Setiap kalimat memiliki unsur penyusun kalimat. Gabungan dari unsur-unsur kalimat akan membentuk kalimat yang mengandung arti. Unsur-unsur inti kalimat antara lain SPOK:
1. Subjek/Subyek(S)
2. Predikat(P)
3. Objek/Obyek(O)
4. Keterangan(K)

1. Subjek/Subyek(S)
Disebut juga pokok kalimat dan merupakan unsur inti kalimat, biasa nya berupa kata benda/ kata lain yang dibendakan.

Contoh:
- Siswa SMA sedang menjalani ujian.
- Melukis itu melatih kreatifitas.

2. Predikat(P)
Predikat dalam pandangan aliran struktural dianggap unsur yang paling penting dan merupakan inti kalimat. Dan merupakan unsur inti pada kalimat yang berfungsi untuk menerangkan subjek, biasanya berupa kata kerja atau kata sifat.

Contoh:
- Andi menyanyi dengan merdu.
- Sunsaw membaca Koran.

3. Objek(O)
Objek merupakan keterangan predikat yang erat hubungannya dengan predikat. Biasanya terletak di belakang predikat, dalam kalimat pasif, objek menduduki fungsi subjek. Terdiri dari 2 macam yaitu objek penderita adalah kata benda /yang dibendakan baik berupa kata atau kelompok kata yang merupakan sasaran langsung dari perbuatan atau tindakan yang dinyatakan oleh subjek dan objek penyerta adalah objek yang menyertai subjek dalam melakukan atau mengalami sesuatu.

Contoh:
- Objek penderita:
Pak Ali membajak sawah.
Ibu menjahit baju adik.

-  Objek penyerta:
Ibu membelikan adik buku baru.
Penjahit itu membuatkan ibu bjau kebaya.

4. Keterangan(K)
Keterangan mempunyai hubungan yang renggang dengan predikat.
Terdapat banyak jenis keterangan, yaitu:
1. Keterangan tempat
2. Keterangan alat
3. Keterangan tujuan
4. Keterangan penyerta
5. Keterangan cara
6. Keterangan similatif
7. Keterangan sebab.

Contoh:
- Pada keterangan cara:
 Bacalah buku itu dengan seksama

-Pada keterangan sebab:
Riandri tidak naik kelas karena malas belajar.


JENIS KALIMAT

Berdasarkan Pengucapan
Kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Kalimat Langsung
Kalimat langsung adalah kalimat yang secara cermat menirukan ucapan orang. Kalimat langsung juga dapat diartikan kaliamt yang memberitakan bagaimana ucapan dari orang lain (orang ketiga). Kalimat ini biasanya ditandai dengan tanda petik dua (“….”) dan dapat berupa kalimat tanya atau kalimat perintah.
Contoh:
-  Ibu berkata: “Rohan, jangan meletakkan sepatu di sembarang tempat!”
-  “Saya gembira sekali”,kata ayah,”karena kamu lulus ujian”.
2. Kalimat Tak Langsung
Kalimat tak langsung adalah kalimat yang menceritakan kembali ucapan atau perkataan  orang lain. Kalimat tak langsung tidak ditandai lagi dengan tanda petik dua dan sudah dirubah menjadi kalimat berita.
Contoh:
-  Ibu berkata bahwa dia senang sekali karena aku lulus ujian.
-  Kakak berkata bahwa buku itu harus segera dikembalikan.

Berdasarkan Unsur Kalimat
Kalimat dapat dibedakan ke dalam 2 jenis, yaitu:
1. Kalimat Lengkap
Kalimat lengkap adalah kalimat yang sekurang-kurangnya terdiri dari  satu buah subyek dan satu buah predikat. Kalimat Majas termasuk ke dalam kalimat lengkap.
Contoh :
-   Mahasiswa berdiskusi di dalam kelas.
.           S               P                  K
-   Ibu mengenakan kaos hijau dan celana hitam.
.     S            P                              O
2. Kalimat Tidak Lengkap
Kalimat tidak lengkap adalah kalimat yang tidak sempurna karena hanya memiliki subyek saja, atau predikat saja, atau objek saja atau keterangan saja. Kalimat tidak lengkap biasanya berupa semboyan, salam, perintah, pertanyaan, ajakan, jawaban, seruan, larangan, sapaan dan kekaguman.
Contoh:
- Selamat sore
- Silakan Masuk!
- Kapan menikah?
- Hei, Kawan…

Jenis Kalimat Menurut Struktur Gramatikalnya
Menurut strukturnya, kalimat bahasa Indonesia dapat berupa kalimat tunggal dan dapat pula
berupa  kalimat  mejemuk.  Kalimat  majemuk  dapat  bersifat  setara  (koordinatif0,  tidak  setara
(subordinatif), ataupun campuran (koordiatif-subordinatif). Gagasan yang tunggal dinyatakan dalam
kalimat tunggal; gagasan yang bersegi-segi diungkapkan dengan kalimat majemuk.

A. Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal terdiri atas satu subjek dan satu predikat. Pada hakikatnya, kalau dilihat dari
unsur-unsurnya, kalimat-kalimat yang panjang-panjang dalam bahasa Indonesia dapat dikembalikan
kepada kalimat-kalimat dasar yang sederhana. Kalimat-kalimat tunggal yang sederhana itu terdiri
atas satu subjek dan satu predikat. Sehubungan dengan it, kalimat-kalimat yang panjang itu dapat
pula ditelusuri pola-pola pembentukannya. Pola-pola itulah yang dimaksud dengan pola kalimat
dasar. Mari kita lihat sekali lagi pola-pola kalimat dasar tersebut.

1. Mahasiswa berdiskusi
S: KB + P: KK
2. Dosen t ramah
S: KB + P: KS
3. Harga buku itu sepuluh ribu rupiah.
S: KB + P: KBil
Pola-pola kalimat dasar ini masing-masing hendaklah dibaca sebagai berikut.
Pola 1 adalah pola yang mengandung subjek (S) kata benda (mahasiswa) dan predikat (P)
kata kerja (berdiskusi).
Kalimat itu menjadi Mahasiswa   berdiskusi
                                       S                    P
Pola 2 adalah pola kalimat yang bersubjek kata benda (dosen itu) dan berpredikat kata sifat
(ramah). Kalimat itu menjadi
Dosen itu  ramah.
       S            P
Pola 3 adalah pola kalimat yang bersubjek kata benda (harga buku itu) dan berpredikat kata
bilangan (sepuluh ribu rupiah). Kalimat selengkapnya ialah
Harga buku itu  sepuluh ribu rupiah.
           S                            P
Kalimat Mahasiswa berdiskusi dapat diperluas menjadi kalimat
Mahasiswa semester III   sedang berdiskusi   di aula.
                  S                                    P                   K
Perluasan  kalimat  itu  adalah  hasil  perluasan  subjek  mahasiswa  dengan  semester  III.
Perluasan predikat  berdiskusi dengan  sedang, dengan menambahkan keterangan tempat di akhir
kalimat.

B. Majemuk Majemuk Setara
Kalimat majemuk setara terjad dari dua kalimat tunggal atau lebi. Kalimat majemuk setara
dikelompokkan menjadi empat jenis, sebagai berikut.

1. Dua kalimat tunggal atau lebih dapat dihubungkan oleh kata dan atau serta jika kedua kalimat
tunggal atau lebih itu sejalan, dan hasilnya disebut kalimat majemuk setara penjumlahan.
Contoh:
Kami membaca
Mereka menulis
Kami membaca dan mereka menulis.

Tanda koma dapat digunakan jika kalimat yang digabungkan itu lebih dari dua kalimat tunggal.
Contoh:
Direktur tenang.
Karyawan duduk teratur.
Para nasabah antre.
Direktur tenang, karyawan duduk teratur, dan para nasabah antre.

2. Kedua kaltunggal yang berbentuk kalimat setara itu dapat dihubungkan oleh kata  tetapi jika
kalimat  itu  menunjukkan  pertentangan,  dan  hasilnya  disebut  kalimat  majemu  setara
pertentangan.

Contoh:
- Amerika dan Jepang tergolong negara maju.
- Indonesia dan Brunei Darussalam tergolong negara berkembang.
- Amerika  dan  Jepang  tergolong  negara maju,  tetapi  Indonesia  dan  Brunei Darussalam
  tergolong negara berkembang.

3. Kata-kata penghubung lain yang dapat digunakan dalam menghubungkan dua kalimat tunggal
dalam  kalimat  majemuk  setara  pertentangan  ialah  kata  sedangkan  dan  melainkan  seperti
kalimat berikut.
- Puspiptek terletak di Serpong, sedangkan Industro Pesawat Terbang Nusantara terletak di
Bandung.
- Ia bukan peneliti, melainkan pedagang.  Dua kalimat tunggal ata lebih dapat dihubungkan oleh kata  lalu  dan  kemudian  jika kejadian yang dikemukakannya berurutan.

Contoh:
- Mula-mula disebutkan nama-nama juara MTQ tingkat remaja, kemudian disebutkan namanama juara MTQ tingkat dewasa.
- Upacara serah terima pengurus koperasi sudah selesai, lalu Pak Ustaz membacakan doa
selamat.

4. Dapat  pula  dua  kalimat  tunggal  atau  lebih  dihubungkan  oleh  kata atau  jika  kalimat  itu
menunjukkan pemilihan, dan hasilnya disebut kalimat majemuk setara pemilihan.

Contoh:
- Para pemilik televisi membayar iuran televisinya di kantor pos yang terdekat, atau para
petugas menagihnya ke rumah pemilik televisi langsung.

C. Kalimat Majemuk tidak Setara
Kalimat majemuk  tidak  setara terdiri atas satu suku kalimat yang  bebas dan satu suku
kalimat atau lebih yang tidak bebas. Jalinan kalimat ini menggambarkan taraf kepentingan yang
berbeda-beda di antara unsur gagasan yang majemuk. Inti gagasan dituangkan ke dalam  induk
kalimat, sedangkan pertaliannya dari sudut pandangan waktu, sebab, akibat, tujuan, syarat, dan
sebagainya dengan aspek gagasan yang lain diungkapkan dalam anak kalimat.

Contoh:
1.a. Komputer itu dilengkapi dengan alat-alat modern. (tunggal)
b. Mereka masih dapat mengacaukan data-data komputer. (tunggal)
c. Walaupun  komputer  itu  dilengkapi  dengan  alat-alat  modern,  mereka  masih  dapat
mengacaukan data-data komputer itu.

2. a. Para pemain sudah lelah
b. Para pemain boleh beristirahat.
c. Karena para pemain sudah lelah, para pemain boleh beristirahat.
d. Karena sudah lelah, para pemain boleh beristirahat.

D. Kalimat Majemuk Campuran
Kalimat jenis ini terdiri atas kalimat majemuk taksetara (bertingkat) dan kalimat majemuk
setara, atau terdiri atas kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk taksetara (bertingkat).

Misalnya:
1. Karena hari sudah malam, kami berhenti dan langsung pulang.
2. Kami pulang, tetapi mereka masih bekerja karena tugasnya belum selesai

Jenis Kalimat Menurut Fungsinya
Menurut  fungsinya,  jenis  kalimat  dapat  dirinci  menjadi  kalimat  pernyataan,  kalimat
pertanyaan, kalimat perintah, dan kalimat seruan. Semua jeis kalimat itu dapat disajikan dalam
bentuk  positif  dan  negatif.  Dalam  bahasa  lisan,  intonasi  yang  khas  menjelaskan  kapan  kita
berhadapan  dengan  salah  satu  jenis  itu.  Dalam  bahasa  tulisan,  perbedaannya  dijelaskan  oleh
bermacam-macam tanda baca.

A. Kalimat Pernyataan (Deklaratif)
Kalimat pernyataan dipakai jika penutur ingin menyatakan sesuatu dengan lengkap pada
waktu ia ingin menyampaikan informasi kepada lawan berbahasanya. (Biasanya, intonasi menurun;
tanda baca titik).

Misalnya:
Positif
1. Presiden Gus Dur mengadakan kunjungan ke luar negeri.
2. Indonesia menggunakan sistem anggaran yang berimbang.

Negatif
1. Tidak semua bank memperoleh kredit lunak.
2. Dalam  pameran  tersebut  para  pengunjung  tidak  mendapat
informasi yang memuaskan tentang bisnis komdominium di kotakota besar.

B. Kalimat Pertanyaan (Interogatif)
Kalimat pertanyaan dipakai jika penutur ingin memperoleh informasi atau reaksi (jawaban)
yang  diharapkan.  (Biasanya,  intonasi  menurun;  tanda  baca  tanda  tanya).  Pertanyaan  sering
menggunakan kata tanya seperti bagaimana, di mana, mengapa, berapa, dan kapan.

Misalnya:
Positif
1. Kapan Saudara berangkat ke Singapura?
2. Mengapa dia gagal dalam ujian?

Negatif
1. Mengapa  gedung  ini  dibangun  tidak  sesuai  dengan
bestek yang disepakati?
2. Mengapa  tidak  semua  fakir  miskin  di  negara  kita
dapat dijamin penghidupannya oleh nefara?

C. Kalimat Perintah dan Permintaan (Imperatif)
Kalimat perintah dipakai jika penutur ingin “menyuruh” atau “melarang” orang berbuat
sesuatu. (Biasanya, intonasi menurun; tanda baca titik atau tanda seru).

Misalnya:
Positif
1. Maukah  kamu  disuruh  mengantarkan  buku  ini  ke  Pak
Sahluddin!
2. Tolong buatlah dahulu rencana pembiayaannya.

Negatif
1. Sebaiknya  kita  tidak  berpikiran  sempit  tentang  hak
asasi manusia.
2. Janganlah kita enggan mengeluarkan zakat kita jika
sudah tergolong orang mampu.

Berdasarkan Susunan  S-P
Kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1.  Kalimat Versi
Kalimat versi adalah kalimat yang predikatnya mendahului subjeknya. Kata atau frasa tertentu yang pertama muncul akan menjadi kunci yang akan mempengaruhi makna untuk menimbulkankesan tertentu, dibandingkan jika kata atau frasa ditempatkan pada urutan kedua. Kalimat ini biasanya dipakau untuk penekanan atau ketegasan makna.
Contoh:
 Ambilkan koran di atas kursi itu!
.          P                       S
 Sepakat kami untuk berkumpul di taman kota.
.       S           P                          K
2.  Kalimat Inversi
Kalimat inversi adalah kalimat yang susunan dari unsur-unsur kalimatnya sesuai dengan pola kalimat dasar bahasa Indonesia (S-P-O-K).
Contoh:
 Penelitian ini dilakukan mereka sejak 2 bulan yang lalu.
.            S                 P            O                     K
 Aku dan dia bertemu di cafe ini.
.             S             P             K

Jenis Kalimat Menurut Bentuk Gayanya (Retorika nya)
Tulisan akan lebih  efektif jika di samping kalimat-kalimat yang disusunnya benar, juga gaya penyajiannya (retorikanya) menarik perhatian pembacanya. Walaupun kalimat-kalimat yang disusunnya  sudah  gramatikal,  sesuai  dengan  kaidah,  belum  tentu  tulisan  itu  memuaskan pembacanya jika segi retorikanya tidak memikat. Kalimat akan membosankan pembacanya jika selalu disusun dengan konstruksi yang monoton atau tidak bervariasi. Misalnya, konstruksi kalimat itu selalu subjek-predikat-objek-ketengan, atau selalu konstruksi induk kalimat-anak kalimat.
Menurut gaya penyampaian atau retorikanya, kalimat majemuk dapat digolongkan menjadi
tiga macam, yaitu (1) kalimat yang melepas (induk-anak), (2) kalimat yang klimaks (anak-induk), dan (3) kalimat yang berimbang (setara atau campuran).

A. Kalimat yang Melepas
Jika kalimat itu disusun dengan diawali unsur utama, yaitu induk kalimat dan diikuti oleh
unsur  tembahan,  yaitu  anak  kalimat,  gaya  penyajian  kalimat  itu  disebut  melepas.  Unsur  anak kalimat ini seakan-akan dilepaskan saja oleh penulisnya dan kalaupun unsur ini tidak diucapkan, kalimat itu sudah bermakna lengkap.
Misalnya:
a. Saya akan dibelikan vespa oleh Ayah jika saya lulus ujian sarjana.
b. Semua  warga  negara  harus  menaati  segala  perundang-undangan  yang  berlaku  agar
kehidupan di negeri ini berjalan dengan tertib dan aman.

B. Kalimat yang Klimaks
Jika kalimat itu disusun dengan diawali oleh anak kalimat dan diikuti oleh induk kalimat,
gaya penyajian kalimat itu disebut berklimaks. Pembaca belum dapat memahami kalimat tersebut jika baru membaca anak kalimatnya. Pembaca akan memahami makna kalimat itu setelah membaca induk kalimatnya. Sebelum kalimat itu selesai, terasa bahwa ada sesuatu yang masih ditunggu, yaitu induk kalimat. Oleh karena itu, penyajian kalimat yang konstruksinya anak-induk terasa berklimaks, dan terasa membentuk ketegangan.
Misalnya:
a. Karena sulit kendaraan, ia datang terlambat ke kantornya.
b. Setelah 1.138 hari disekap dalam sebuah ruangan akhirnya tiga sandera
warga negara Prancis itu dibebaskan juga.

C. Kalimat yang Berimbang
Jika  kalimat  itu  disusun  dalam  bentuk  majemuk  setara  atau  majemuk  campuran,  gaya
penyajian  kalimat  itu  disebut  berimbang karena  strukturnya  memperlihatkan  kesejajaran  yang sejalan dan dituangkan ke dalam bangun kalimat yang bersimetri.
Misalnya :
1. Bursa  saham  tampaknya  semakin  bergairah,  investor  asing  dan  domestik  berlomba
melakukan transaksi, dan IHSG naik tajam.
2. Jika  stabilitas  nasional  mantap,  masyarakat  dapat  bekerja  dengan  tenang  dan  dapat
beribadat dengan leluasa.

Kalimat Aktif
Kalimat aktif  adalah kalimat yang predikatnya melakukan suatu  pekerjaan. Ciri
penting yang menandai kalimat aktif, predikat kalimat itu berupa kata kerja yang berawalan
me(N)- dan ber-. Namun demikian, tidak sedikit kalimat aktif yang predikatnya tidak disertai
kedua imbuhan tersebut, misalnya yang terjadi pada kata makan danminum.
(1) Bu Lurah sedang asyik makan tape.
(2) Supaya sistem pencernaan kita sehat, setiap pagi kita perlu minum air  putih.
(3) Saya akan pergi sekarang juga.        

Berdasarkan hubungan antara predikat dengan objeknya, kalimat aktif dapat dibagi
kedalam empat kelompok.

a.    Kalimat aktif (transitif) yakni kalimat aktif  yang predikatnya
memerlukan objek.
(1) Pemerintah  tengah mengembangkan industri mobil nasional.
        S                                      P                      O
(2)  Narapidana itu    sudah mencuri    ayam  milik Pak Lurah dua kali.
       S                              P               O               K

b.      Kalimat aktif semitransitif,  yakni kalimat yang predikatnya
memerlukan pelengkap.
Contoh:
(1) Pengembangan industri nasional  bergantung  pada ntutu SDM-nya.
S P Pel.
(1) Usahanya hanva bermodalkankejujuran dan keberanian.
S      P Pel.

c.  Kaliraat aktif dwitransitif, yakni  kalimat yang memerlukan objek dan
pelengkap secara sekalius.
     Contoh:
(1)  Kakak meminjami kawannya sebuah novel.
      S          P                O              Pel.
(2)  Ayah membelanjai ibu pakaian.
       S          P          O     Pel.

d. Kalimat aktif intransitif,  yakni kalimat yang predikatnya tidak
memerlukan objek ataupun pelengkap.
Contoh:    (l) Ibu memasak di dapur.
          S       P     Ket.
(2) Anibernyanyi
          S            P        

Kalimat Pasif
Kalimat pasif   adalah kalimat yang subjeknya dikenai pekerjaan.  Kalima aktif, antara lain,
ditandai oleh predikatnya yang berawalan di- atau ter-.
Contoh:
(1)  Pameran itu akan dibuka oleh Pak Bupati.
(2) Ali terkejut mendengar kematian sahabatnya.
(3)  Soal-soal itu sedang mereka kerjakan.

Sumber:
http://oke.or.id/wp-content/plugins/downloads-manager/upload/Bahasa%20Indonesia%20-%20Kalimat%20Aktif%20dan%20Kalimat%20Pasif.pdf