Pengertian
Kalimat.
Pengertian kalimat memang memiliki banyak definisi, dari
menurut beberapa ahli, kamus, dosen, guru ataupun kita sendiri sebagai
mahasiswa. Namun biarpun kalimat memiliki beribu pengertian, tetap kalimat
memiliki arti yang sama bagi semua nya.
Ahli tata bahasa tradisional dalam
buku Chaer (1994:240) berbicara seputar pengertian
kalimat bahwa , “kalimat
adalah susunan kata-kata yang teratur
yang berisi pikiran yang lengkap. Dalam tulisan latin, kalimat adalah sebuah
kata atau sekumpulan kata yang diawali huruf capital diakhiri intonansi final
tanda titik (.), tanda Tanya(?), dan tanda seru (!) termasuk di dalamnya tanda
koma (,), titik dua (:), titik koma, tanda pisah (-), tanda sambung (-), dan
spasi yang dapat menyampaikan pikiran secara utuh. Dan menurut dari 1 satu
pendapat seorang mahasiswa, ia berpendapat bahwa pengertian kalimat adalah
gabungan dari 2 buah kata atau lebih yang menghasilkan suatu pengertian dan
pola intonasi akhir.
Dari banyak pendapat dan dari banyak
pengertian yang di jabarkan di atas, secara singkat pengertian kalimat adalah
satuan bahasa kecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan pikiran
yang utuh. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dank
eras lembut, di sela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir.
Setiap kalimat memiliki unsur
penyusun kalimat. Gabungan dari unsur-unsur kalimat akan membentuk kalimat yang
mengandung arti. Unsur-unsur inti kalimat antara lain SPOK:
1. Subjek/Subyek(S)
2. Predikat(P)
3. Objek/Obyek(O)
4. Keterangan(K)
1. Subjek/Subyek(S)
Disebut juga pokok kalimat dan
merupakan unsur inti kalimat, biasa nya berupa kata benda/ kata lain yang
dibendakan.
Contoh:
- Siswa SMA sedang menjalani ujian.
- Melukis itu melatih kreatifitas.
2. Predikat(P)
Predikat dalam pandangan aliran struktural
dianggap unsur yang paling penting dan merupakan inti kalimat. Dan merupakan unsur inti pada kalimat yang berfungsi untuk menerangkan subjek, biasanya
berupa kata kerja atau kata sifat.
Contoh:
- Andi menyanyi dengan merdu.
- Sunsaw membaca Koran.
3. Objek(O)
Objek merupakan keterangan predikat
yang erat hubungannya dengan predikat. Biasanya terletak di belakang predikat,
dalam kalimat pasif, objek menduduki fungsi subjek. Terdiri dari 2 macam yaitu
objek penderita adalah kata benda /yang dibendakan baik berupa kata atau
kelompok kata yang merupakan sasaran langsung dari perbuatan atau tindakan yang
dinyatakan oleh subjek dan objek penyerta adalah objek yang menyertai subjek
dalam melakukan atau mengalami sesuatu.
Contoh:
- Objek penderita:
Pak Ali membajak sawah.
Ibu menjahit baju adik.
- Objek penyerta:
Ibu membelikan adik buku baru.
Penjahit itu membuatkan ibu bjau
kebaya.
4. Keterangan(K)
Keterangan mempunyai hubungan yang renggang
dengan predikat.
Terdapat banyak jenis keterangan,
yaitu:
1. Keterangan tempat
2. Keterangan alat
3. Keterangan tujuan
4. Keterangan penyerta
5. Keterangan cara
6. Keterangan similatif
7. Keterangan sebab.
Contoh:
- Pada keterangan cara:
Bacalah buku itu dengan seksama
-Pada keterangan sebab:
Riandri tidak naik kelas karena malas
belajar.
JENIS KALIMAT
Berdasarkan Pengucapan
Kalimat dapat
dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Kalimat Langsung
Kalimat
langsung adalah kalimat yang secara cermat menirukan ucapan orang. Kalimat
langsung juga dapat diartikan kaliamt yang memberitakan bagaimana ucapan dari
orang lain (orang ketiga). Kalimat ini biasanya ditandai dengan tanda petik dua
(“….”) dan dapat berupa kalimat tanya atau kalimat perintah.
Contoh:
- Ibu
berkata: “Rohan, jangan meletakkan sepatu di sembarang tempat!”
- “Saya
gembira sekali”,kata ayah,”karena kamu lulus ujian”.
2. Kalimat Tak Langsung
Kalimat tak
langsung adalah kalimat yang menceritakan kembali ucapan atau perkataan
orang lain. Kalimat tak langsung tidak ditandai lagi dengan tanda petik dua dan
sudah dirubah menjadi kalimat berita.
Contoh:
- Ibu
berkata bahwa dia senang sekali karena aku lulus ujian.
- Kakak
berkata bahwa buku itu harus segera dikembalikan.
Berdasarkan Unsur Kalimat
Kalimat dapat
dibedakan ke dalam 2 jenis, yaitu:
1. Kalimat Lengkap
Kalimat
lengkap adalah kalimat yang sekurang-kurangnya terdiri dari satu buah
subyek dan satu buah predikat. Kalimat Majas termasuk ke dalam kalimat lengkap.
Contoh :
- Mahasiswa berdiskusi di dalam
kelas.
.
S
P
K
- Ibu mengenakan kaos
hijau dan celana hitam.
.
S
P
O
2. Kalimat Tidak Lengkap
Kalimat tidak
lengkap adalah kalimat yang tidak sempurna karena hanya memiliki subyek saja,
atau predikat saja, atau objek saja atau keterangan saja. Kalimat tidak lengkap
biasanya berupa semboyan, salam, perintah, pertanyaan, ajakan, jawaban, seruan,
larangan, sapaan dan kekaguman.
Contoh:
- Selamat sore
- Silakan
Masuk!
- Kapan
menikah?
- Hei, Kawan…
Jenis Kalimat Menurut Struktur Gramatikalnya
Menurut
strukturnya, kalimat bahasa Indonesia dapat berupa kalimat tunggal dan dapat
pula
berupa kalimat
mejemuk. Kalimat majemuk
dapat bersifat setara
(koordinatif0, tidak setara
(subordinatif),
ataupun campuran (koordiatif-subordinatif). Gagasan yang tunggal dinyatakan
dalam
kalimat
tunggal; gagasan yang bersegi-segi diungkapkan dengan kalimat majemuk.
A. Kalimat Tunggal
Kalimat
tunggal terdiri atas satu subjek dan satu predikat. Pada hakikatnya, kalau
dilihat dari
unsur-unsurnya,
kalimat-kalimat yang panjang-panjang dalam bahasa Indonesia dapat dikembalikan
kepada
kalimat-kalimat dasar yang sederhana. Kalimat-kalimat tunggal yang sederhana
itu terdiri
atas
satu subjek dan satu predikat. Sehubungan dengan it, kalimat-kalimat yang
panjang itu dapat
pula
ditelusuri pola-pola pembentukannya. Pola-pola itulah yang dimaksud dengan pola
kalimat
dasar.
Mari kita lihat sekali lagi pola-pola kalimat dasar tersebut.
1.
Mahasiswa berdiskusi
S: KB +
P: KK
2. Dosen
t ramah
S: KB +
P: KS
3. Harga
buku itu sepuluh ribu rupiah.
S: KB +
P: KBil
Pola-pola
kalimat dasar ini masing-masing hendaklah dibaca sebagai berikut.
Pola 1
adalah pola yang mengandung subjek (S) kata benda (mahasiswa) dan predikat (P)
kata
kerja (berdiskusi).
Kalimat
itu menjadi Mahasiswa berdiskusi
S P
Pola 2
adalah pola kalimat yang bersubjek kata benda (dosen itu) dan berpredikat kata
sifat
(ramah).
Kalimat itu menjadi
Dosen
itu ramah.
S P
Pola 3
adalah pola kalimat yang bersubjek kata benda (harga buku itu) dan berpredikat
kata
bilangan
(sepuluh ribu rupiah). Kalimat selengkapnya ialah
Harga
buku itu sepuluh ribu rupiah.
S P
Kalimat
Mahasiswa berdiskusi dapat diperluas menjadi kalimat
Mahasiswa
semester III sedang berdiskusi di aula.
S P K
Perluasan kalimat
itu adalah hasil
perluasan subjek mahasiswa
dengan semester III.
Perluasan
predikat berdiskusi dengan sedang, dengan menambahkan keterangan tempat
di akhir
kalimat.
B. Majemuk Majemuk Setara
Kalimat
majemuk setara terjad dari dua kalimat tunggal atau lebi. Kalimat majemuk
setara
dikelompokkan
menjadi empat jenis, sebagai berikut.
1. Dua
kalimat tunggal atau lebih dapat dihubungkan oleh kata dan atau serta jika
kedua kalimat
tunggal
atau lebih itu sejalan, dan hasilnya disebut kalimat majemuk setara
penjumlahan.
Contoh:
Kami
membaca
Mereka
menulis
Kami
membaca dan mereka menulis.
Tanda
koma dapat digunakan jika kalimat yang digabungkan itu lebih dari dua kalimat
tunggal.
Contoh:
Direktur
tenang.
Karyawan
duduk teratur.
Para
nasabah antre.
Direktur
tenang, karyawan duduk teratur, dan para nasabah antre.
2. Kedua
kaltunggal yang berbentuk kalimat setara itu dapat dihubungkan oleh kata tetapi jika
kalimat itu
menunjukkan pertentangan, dan
hasilnya disebut kalimat
majemu setara
pertentangan.
Contoh:
- Amerika
dan Jepang tergolong negara maju.
- Indonesia
dan Brunei Darussalam tergolong negara berkembang.
- Amerika dan
Jepang tergolong negara maju,
tetapi Indonesia dan
Brunei Darussalam
tergolong
negara berkembang.
3. Kata-kata
penghubung lain yang dapat digunakan dalam menghubungkan dua kalimat tunggal
dalam kalimat
majemuk setara pertentangan
ialah kata sedangkan
dan melainkan seperti
kalimat
berikut.
- Puspiptek
terletak di Serpong, sedangkan Industro Pesawat Terbang Nusantara terletak di
Bandung.
- Ia bukan
peneliti, melainkan pedagang. Dua
kalimat tunggal ata lebih dapat dihubungkan oleh kata lalu
dan kemudian jika kejadian yang dikemukakannya berurutan.
Contoh:
- Mula-mula
disebutkan nama-nama juara MTQ tingkat remaja, kemudian disebutkan namanama
juara MTQ tingkat dewasa.
- Upacara
serah terima pengurus koperasi sudah selesai, lalu Pak Ustaz membacakan doa
selamat.
4.
Dapat pula dua
kalimat tunggal atau
lebih dihubungkan oleh
kata atau jika kalimat
itu
menunjukkan
pemilihan, dan hasilnya disebut kalimat majemuk setara pemilihan.
Contoh:
- Para
pemilik televisi membayar iuran televisinya di kantor pos yang terdekat, atau
para
petugas
menagihnya ke rumah pemilik televisi langsung.
C. Kalimat Majemuk tidak Setara
Kalimat
majemuk tidak setara terdiri atas satu suku kalimat
yang bebas dan satu suku
kalimat
atau lebih yang tidak bebas. Jalinan kalimat ini menggambarkan taraf
kepentingan yang
berbeda-beda
di antara unsur gagasan yang majemuk. Inti gagasan dituangkan ke dalam induk
kalimat,
sedangkan pertaliannya dari sudut pandangan waktu, sebab, akibat, tujuan,
syarat, dan
sebagainya
dengan aspek gagasan yang lain diungkapkan dalam anak kalimat.
Contoh:
1.a.
Komputer itu dilengkapi dengan alat-alat modern. (tunggal)
b.
Mereka masih dapat mengacaukan data-data komputer. (tunggal)
c.
Walaupun komputer itu
dilengkapi dengan alat-alat
modern, mereka masih
dapat
mengacaukan
data-data komputer itu.
2. a.
Para pemain sudah lelah
b. Para
pemain boleh beristirahat.
c.
Karena para pemain sudah lelah, para pemain boleh beristirahat.
d.
Karena sudah lelah, para pemain boleh beristirahat.
D. Kalimat Majemuk Campuran
Kalimat
jenis ini terdiri atas kalimat majemuk taksetara (bertingkat) dan kalimat
majemuk
setara,
atau terdiri atas kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk taksetara
(bertingkat).
Misalnya:
1.
Karena hari sudah malam, kami berhenti dan langsung pulang.
2. Kami
pulang, tetapi mereka masih bekerja karena tugasnya belum selesai
Jenis Kalimat Menurut Fungsinya
Menurut fungsinya,
jenis kalimat dapat
dirinci menjadi kalimat
pernyataan, kalimat
pertanyaan, kalimat perintah, dan
kalimat seruan. Semua jeis kalimat itu dapat disajikan dalam
bentuk positif
dan negatif. Dalam
bahasa lisan, intonasi
yang khas menjelaskan
kapan kita
berhadapan dengan
salah satu jenis
itu. Dalam bahasa
tulisan, perbedaannya dijelaskan
oleh
bermacam-macam tanda baca.
A. Kalimat Pernyataan (Deklaratif)
Kalimat pernyataan dipakai jika
penutur ingin menyatakan sesuatu dengan lengkap pada
waktu ia ingin menyampaikan informasi
kepada lawan berbahasanya. (Biasanya, intonasi menurun;
tanda baca titik).
Misalnya:
Positif
1. Presiden Gus Dur mengadakan
kunjungan ke luar negeri.
2. Indonesia menggunakan sistem
anggaran yang berimbang.
Negatif
1. Tidak semua bank memperoleh kredit
lunak.
2. Dalam pameran
tersebut para pengunjung
tidak mendapat
informasi yang memuaskan tentang
bisnis komdominium di kotakota besar.
B. Kalimat Pertanyaan (Interogatif)
Kalimat pertanyaan dipakai jika
penutur ingin memperoleh informasi atau reaksi (jawaban)
yang
diharapkan. (Biasanya, intonasi
menurun; tanda baca
tanda tanya). Pertanyaan
sering
menggunakan kata tanya seperti
bagaimana, di mana, mengapa, berapa, dan kapan.
Misalnya:
Positif
1. Kapan Saudara berangkat ke
Singapura?
2. Mengapa dia gagal dalam ujian?
Negatif
1. Mengapa gedung
ini dibangun tidak
sesuai dengan
bestek yang disepakati?
2. Mengapa tidak
semua fakir miskin
di negara kita
dapat dijamin penghidupannya oleh
nefara?
C. Kalimat Perintah dan Permintaan (Imperatif)
Kalimat perintah dipakai jika penutur
ingin “menyuruh” atau “melarang” orang berbuat
sesuatu. (Biasanya, intonasi menurun;
tanda baca titik atau tanda seru).
Misalnya:
Positif
1. Maukah kamu
disuruh mengantarkan buku
ini ke Pak
Sahluddin!
2. Tolong buatlah dahulu rencana
pembiayaannya.
Negatif
1. Sebaiknya kita
tidak berpikiran sempit
tentang hak
asasi manusia.
2. Janganlah kita enggan mengeluarkan
zakat kita jika
sudah tergolong orang mampu.
Berdasarkan Susunan S-P
Kalimat dapat
dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Kalimat Versi
Kalimat versi
adalah kalimat yang predikatnya mendahului subjeknya. Kata atau frasa tertentu
yang pertama muncul akan menjadi kunci yang akan mempengaruhi makna untuk
menimbulkankesan tertentu, dibandingkan jika kata atau frasa ditempatkan pada
urutan kedua. Kalimat ini biasanya dipakau untuk penekanan atau ketegasan
makna.
Contoh:
- Ambilkan koran di
atas kursi itu!
.
P
S
- Sepakat kami untuk
berkumpul di taman kota.
.
S
P
K
2. Kalimat Inversi
Kalimat
inversi adalah kalimat yang susunan dari unsur-unsur kalimatnya sesuai dengan
pola kalimat dasar bahasa Indonesia (S-P-O-K).
Contoh:
- Penelitian ini dilakukan mereka sejak 2
bulan yang lalu.
.
S
P
O
K
- Aku dan dia bertemu di cafe
ini.
.
S P
K
Jenis Kalimat Menurut Bentuk Gayanya (Retorika nya)
Tulisan akan lebih efektif jika di samping kalimat-kalimat yang
disusunnya benar, juga gaya penyajiannya (retorikanya)
menarik perhatian pembacanya. Walaupun kalimat-kalimat yang disusunnya sudah
gramatikal, sesuai dengan
kaidah, belum tentu
tulisan itu memuaskan pembacanya jika segi retorikanya
tidak memikat. Kalimat akan membosankan pembacanya jika selalu disusun dengan
konstruksi yang monoton atau tidak bervariasi. Misalnya, konstruksi kalimat itu
selalu subjek-predikat-objek-ketengan, atau selalu konstruksi induk
kalimat-anak kalimat.
Menurut gaya penyampaian atau
retorikanya, kalimat majemuk dapat digolongkan menjadi
tiga macam, yaitu (1) kalimat yang
melepas (induk-anak), (2) kalimat yang klimaks (anak-induk), dan (3) kalimat
yang berimbang (setara atau campuran).
A. Kalimat yang Melepas
Jika kalimat itu disusun dengan
diawali unsur utama, yaitu induk kalimat dan diikuti oleh
unsur
tembahan, yaitu anak
kalimat, gaya penyajian
kalimat itu disebut
melepas. Unsur anak kalimat ini seakan-akan dilepaskan saja
oleh penulisnya dan kalaupun unsur ini tidak diucapkan, kalimat itu sudah
bermakna lengkap.
Misalnya:
a. Saya akan dibelikan vespa oleh
Ayah jika saya lulus ujian sarjana.
b. Semua warga
negara harus menaati
segala perundang-undangan yang
berlaku agar
kehidupan di negeri ini berjalan
dengan tertib dan aman.
B. Kalimat yang Klimaks
Jika kalimat itu disusun dengan
diawali oleh anak kalimat dan diikuti oleh induk kalimat,
gaya penyajian kalimat itu disebut
berklimaks. Pembaca belum dapat memahami kalimat tersebut jika baru membaca
anak kalimatnya. Pembaca akan memahami makna kalimat itu setelah membaca induk
kalimatnya. Sebelum kalimat itu selesai, terasa bahwa ada sesuatu yang masih
ditunggu, yaitu induk kalimat. Oleh karena itu, penyajian kalimat yang
konstruksinya anak-induk terasa berklimaks, dan terasa membentuk ketegangan.
Misalnya:
a. Karena sulit kendaraan, ia datang
terlambat ke kantornya.
b. Setelah 1.138 hari disekap dalam
sebuah ruangan akhirnya tiga sandera
warga negara Prancis itu dibebaskan
juga.
C. Kalimat yang Berimbang
Jika
kalimat itu disusun
dalam bentuk majemuk
setara atau majemuk
campuran, gaya
penyajian kalimat
itu disebut berimbang karena strukturnya
memperlihatkan kesejajaran yang sejalan dan dituangkan ke dalam bangun
kalimat yang bersimetri.
Misalnya :
1. Bursa saham
tampaknya semakin bergairah,
investor asing dan
domestik berlomba
melakukan transaksi, dan IHSG naik
tajam.
2. Jika stabilitas
nasional mantap, masyarakat
dapat bekerja dengan
tenang dan dapat
beribadat dengan leluasa.
Kalimat Aktif
Kalimat
aktif adalah kalimat yang predikatnya
melakukan suatu pekerjaan. Ciri
penting
yang menandai kalimat aktif, predikat kalimat itu berupa kata kerja yang berawalan
me(N)-
dan ber-. Namun demikian, tidak sedikit kalimat aktif yang predikatnya tidak
disertai
kedua
imbuhan tersebut, misalnya yang terjadi pada kata makan danminum.
(1)
Bu Lurah sedang asyik makan tape.
(2)
Supaya sistem pencernaan kita sehat, setiap pagi kita perlu minum air putih.
(3)
Saya akan pergi sekarang juga.
Berdasarkan
hubungan antara predikat dengan objeknya, kalimat aktif dapat dibagi
kedalam
empat kelompok.
a. Kalimat aktif (transitif) yakni kalimat
aktif yang predikatnya
memerlukan objek.
(1)
Pemerintah tengah mengembangkan industri
mobil nasional.
S P O
(2) Narapidana itu sudah mencuri ayam
milik Pak Lurah dua kali.
S P O K
b. Kalimat aktif semitransitif, yakni kalimat yang predikatnya
memerlukan pelengkap.
Contoh:
(1)
Pengembangan industri nasional
bergantung pada ntutu SDM-nya.
S
P Pel.
(1)
Usahanya hanva bermodalkankejujuran dan keberanian.
S P Pel.
c. Kaliraat aktif dwitransitif, yakni kalimat yang memerlukan objek dan
pelengkap secara sekalius.
Contoh:
(1) Kakak meminjami kawannya sebuah novel.
S
P O Pel.
(2) Ayah membelanjai ibu pakaian.
S P O
Pel.
d. Kalimat aktif
intransitif, yakni kalimat yang
predikatnya tidak
memerlukan objek ataupun
pelengkap.
Contoh: (l) Ibu memasak di dapur.
S P
Ket.
(2)
Anibernyanyi
S P
Kalimat Pasif
Kalimat
pasif adalah kalimat yang subjeknya
dikenai pekerjaan. Kalima aktif, antara
lain,
ditandai
oleh predikatnya yang berawalan di- atau ter-.
Contoh:
(1) Pameran itu akan dibuka oleh Pak Bupati.
(2)
Ali terkejut mendengar kematian sahabatnya.
(3) Soal-soal itu sedang mereka kerjakan.
Sumber: